Thursday, June 26, 2008

Pedagang K5 Berhati Mulia

Tadi malam, habis shalat Maghrib, saya bersama istri dan anak saya Rahima pergi ke MTC Karebosi. Ke sana naik angkot, dalam perjalanan Rahima mabuk dan muntah-muntah. Sayang sekali kami lupa membawa sarung kecil dan kantong plastik, hanya selembar sapu tangan, sehingga muntahan tersebut mengotori mobil angkot.
Sesampai di MTC, kami turun dan langsung menuju ke salah satu pedagang kaki lima yang ada di depan Bank Mandiri karena sapu tangan yang kami bawa penuh dengan muntah.
Saya menghampiri seorang tua dan bertanya, "saya mau beli kantong plastiknya Rp.500, pak".
Pak tua: "kantong plastik apa Pak?Tidak ada".
"itu Pak!" sambil saya tunjuk ke arah kantong plastik yang digantung.
"Oh itu tak dijual Pak" katanya.
"Biar, saya beli saja Pak, berapa aja dikasih" kataku.
"Tak usah dibeli Pak, ambil saja kalau memang dibutuhkan" sambil mencabut kantong plastik "berapa kita butuh Pak, dua atau tiga?" tanyanya.
"Berapa-berapa Pak, saya beli saja" kataku lagi.
"Tak usah Pak, ini memang untuk dipakai, ambil saja"
"Tapi ini dibeli juga kan?"
"Ambil saja Pak, tak usah dibayar"
"Kalau begitu terima kasih banyak Pak"

Tak kusangka di sentral dan di zaman seperti sekarang ini, masih ada pedagang kaki lima sebaik itu. Selama saya tinggal di Makassar ini, barusan saya menemukan pedagang kaki lima sebaik itu, apalagi di sentral. Yang banyak, justru penjual yang menjual barang-barang jauh di atas harga sebenarnya. Dulu, jangan berani makan di sentral tanpa bertanya terlebih dahulu, berapa harganya, karena kalau tidak, anda bisa ditagih pembayaran berlipat-lipat. Saat sekarang ini banyak pedagang menjual barang dagangannya yang keuntungannya melebihi 30%, apalagi kalau calon pembeli bukan langganan atau kelihatan banyak uang dan tak tahu menawar, bisa-bisa jadi korban.
Zaman sudah berubah, Ketidakjujuran dalam menjual, menimbang dan sebagainya, telah menjadi kebiasaan buruk yang memperpuruk suatu negeri. Belum lagi makin sulitnya mencukupi kebutuhan hidup, sehingga manusia telah menghalalkan segala macam cara, bagi mereka yang punya jiwa dagang, apa saja dijual asal bisa dijadikan uang. Apalagi di kota, sedangkan kotoran hewan bisa dijual dan laku. Pokoknya semua bisa jadi uang, termasuk menjual harga diri alias melacur, dan bisnis atau perdagangan perempuan menjadi bisnis yang trend dan bergengsi yang bisa mengalirkan uang dengan begitu cepat, namun cepat pula terkubur karena tanah longsor atau gempa bumi, terendam atau hanyut oleh banjir bandang, atau dilahap api, atau mungkin terbang bersama tornado atau topan atau siklon.

Wah, terlalu jauh saya ngelantur. Doaku, semoga sang Bapak tua itu memperoleh rejeki yang melimpah dan diberkahi.....

0 comments: