Merokok dan kemiskinan mungkin bisa dikatakan berbanding lurus. Semakin banyak merokok, maka semakin banyak uang keluar yang tidak berguna. Apabila pendapatan seseorang pas-pasan, sementara dia tidak bisa menahan diri untuk berhenti merokok, bisa jadi nantinya dia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya yang lain.
Saya pernah menemukan seorang pengemis tua, sebenarnya saya kasihan, tetapi begitu melihat dia merokok, rasa kasihan saya menjadi hilang, saya pikir "kok orang ini meminta-minta, sementara dia mampu beli rokok? Padahal harga rokok terus naik".
Sebenarnya, kebiasaan merokok itu bisa dihentikan, kalau mau. Buktinya, nenek saya yang merokok dari remaja hingga nenek-nenek, toh bisa berhenti merokok karena keinginan (dan bantuan dari kami). Jadi tak ada alasan bahwa merokok tak bisa dihentikan karena kebiasaan atau kecanduan nikotin.
Pandangan yang mengatakan bahwa merokok dapat meningkatkan konsentrasi, mungkin perlu diralat, yang bisa diterima, mungkin merokok dapat mengobati rasa kebingungan, bingung mau berbuat apa, apalagi kalau seseorang pertama kali ke rumah pacar lantas dicuekin sama orang tua sang pacar. Kan bingung kalau tidak ada pengobat rasa kecele itu. Istilahnya, merokok anti mati gaya.
Tapi, apapun alasannya, merokok hanya menghabiskan isi kantong, dan merusak kesehatan. Jadi, sebaiknya dihentikan.
Maaf, tulisan ini di sisi lain bukannya bermaksud hendak merusak mata pencaharian orang lain. Jika semua orang berhenti merokok, bukankah perusahaan rokok bangkruk dan banyak orang kehilangan mata pencaharian?