Friday, October 17, 2008

Budaya Antri

Artikel ini saya tulis berhubung kejadian tadi pagi. Seorang pelanggan datang beli pulsa, sementara saya layani datang lagi pelanggan lain dengan terburu-buru hendak beli alat tulis. Selesai saya tembakkan pulsanya, tiba-tiba saya lupa, apakah uang pecahan Rp. 50.000, yang diletakkan oleh pelanggan pulsa tadi sudah saya ambil atau tidak, perasaan 90% saya belum mengambilnya, sementara sudah tidak ada di atas meja. Subhanallah...Manusia tidak pernah luput dari kekhilafan.
Lanjut cerita,


antara saya dan pelangganpun terjadi kesalahpahaman, saya mengira uang tersebut diambil kembali dan pelanggan merasa dituduh. Seandainya saja pelanggan mau bersumpah dengan nama Allah, saya pasti merasa tenang. Tapi dia tidak mau bersumpah, justru tersinggung karena merasa dirinya dilukai perasaannya. DITUDUH!
Akhir cerita, pelangganpun pergi dengan membawa uang kembalian yang saya berikan.

Tak lama kemudian, saya kirim sms:
"mohon maaf kalau saya yang salah.Manusia memang tak pernah luput dari kesalahan dan dosa.Manusia tempatnya kekhilafan.Sekali lagi mohon maaf beribu maaf".
Menunggu beberapa menit, sayapun menelpon minta maaf.
Selang beberapa menit kemudian, balasan smsnya pun datang:
+6281355724xxx: "Pak, sY tdk PermasalahKan ji kalau Maslah Uangnya,
Cuman, yg jAdi masalah ialah PerasaAn. Smua mAnusia kan pux prasaAn..!
MaAf klu uang yg bApak kasi tadi sy Ambil, krN kalau tidak...brArti sY berSalah. & sy dtg dari jauH k Makassar PAK, bukan u/ CaRI Masalah, tpi u/ msa dpan.
Pak, entah esok a/ kapapun ada yg bermasalah. Bapak bsa cAri sy d blaKang rmh bApak. D pondok P kamar paling ujung..!
Atas nama A. dri Pinrang"

Saya balas:
"Sekali lagi minta maaf kalau perasaan adik terluka.Saya tahu,pasti saya juga akan merasakan hal yg sama ketika mengalami hal seperti itu.
Bagi saya tak ada lagi masalah..Mungkin karena pembeli (ibu) tadi membuat saya jadi lupa.Mestinya ibu tadi bersabar menunggu antrian. Saya hanya manusia biasa yg tak luput dari kekhilafan."

sampai hari ini selesai cerita, mudah-mudahan tak ada kelanjutan yang negatif.

Saya sangat menyayangkan ibu-ibu yang datang tadi langsung minta dilayani sementara masih ada pelanggan lain yang melakukan transaksi. Di Makassar sini banyak sekali orang seperti itu, tidak sabaran, dan tak tahu budaya antri. Kebiasaan seperti inilah yang biasa membuat penjual menjadi bingung. Kadang kalau tidak dilayani mereka ngomel-ngomel, atau ada juga yang langsung pergi begitu saja. Ya, serba salah jadinya, padahal kita ini juga butuh pelanggan. Karena kalau tak ada pelanggan, dari mana kita mau dapat makan?

Kejadian ini mengingatkan saya sekitar sepuluh tahun yang lalu, ketika masih duduk di bangku kuliah. Waktu itu, saya kehabisan uang, tengah hari saya pergi ke ATM, saya lihat di depan ATM ada lima orang antrian, sayapun masuk antrian ke enam.
Tiba giliran saya, tiba-tiba masuk seorang yang berbadan besar (waktu itu saya masih kurus), memaksa saya keluar dan mengatakan: "kita juga sama-sama punya urusan penting. Bukan cuma kamu saja yang buru-buru! Keluar!" sambil menarik saya, yang kemudian dilerai oleh temannya.
Wah.... Ternyata lelaki berbadan besar bersama temannya tadi antrian ke-6, lebih duluan datang dari saya, cuma dia berteduh di bawah pohon sana, jadi saya tidak tahu kalau ternyata ada orang lebih duluan datang dari saya. Begitukah yang namanya antrian? Antrian dengan pandangan mata sambil asyik-asyik berteduh, sementara kita kepanasan. Kita juga manusia punya perasaan..!

Ya, budaya antri sepertinya tidak berlaku bagi sebagian besar orang (di Makassar), lihat saja di depan mesin ATM atau di mana saja yang antriannya tidak menggunakan nomor antrian.
Padahal kalau dipikir, orang lain juga pasti punya urusan penting, dan kalau merasa sangat penting, mengapa tidak datang secepatnya.

Pesan saya, marilah kita biasakan diri dengan budaya antri, sebagai manusia yang beradab dan tertib. Main serobot bisa merugikan orang lain atau mungkin juga diri kita sendiri.

Bagi anda yang punya profesi seperti saya, usahakan melayani pelanggan yang lebih dulu datang, bukan yang lebih kuat, besar dan ngotot. Meskipun sebenarnya kita yang butuh pelanggan dan telah berusaha melakukan pelayanan yang lebih baik.

Semoga kisah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

0 comments: