Wednesday, June 17, 2009

Goyang Erotis di Depan Mesjid

Sebelum saya menulis artikel ini, mari kita baca dulu berita ini:
Ya Ampun, Dangdut Erotis Depan Masjid
Kompas - Minggu, Juni 14

SERANG,KOMPAS.com-Acara dangdut yang diisi penampilan seronok penyanyi berlangsung depan sebuah masjid di Serang, Banten, nyaris dibubarkan namun karena pembubaran tidak mempunyai dasar hukum maka polisi hanya memberikan imbauan.

"Apa dasar hukumnya acara itu dibubarkan?" kata Kepala Satuan Intelijen (Kasat Intel) Polres Serang, Edi Gultom disela acara pentas dangdut di Desa Lebak Gempol Kecamatan Cipocok,Kota Serang Minggu (13/6) dini hari.

Polisi mengaku tidak membubarkan acara dangdutan yang menampilkan biduan berpenampilan seronok di pesta pernikahan anak seorang Ketua RW di Desa Lebak Gempol karena tidak ada peraturan daerah yang melarang pentas dangdut depan Masjid. "Kami bertindak selalu berpedoman pada hukum yang berlaku. Kalau kami dibubarkan dan pemilik hajat protes lalu menuntut kami, kami harus jawab apa?" tanyanya.

Kasat Intel Polres Serang mengungkapkan, penyelenggara hajat sudah mengantongi izin mengadakan pentas dangdut dari aparat kepolisian Polsek Cipocok, dan meski di depan masjid tidak ada satupun warga berkeberatan dengan acara itu. "Kalau Pemerintah Kota Serang sudah punya perdanya, kami akan menertibkan, jangan undang-undang lah, perda aja dulu," kata Edi.

Dari pantauan ANTARA, pentas dangdut itu tepat diselenggarakan depan Mesjid Desa Lebak Gempol, sebelum aparat kepolisian menegur penyanyi agar sopan berpenampilan, termasuk dalam berpakaian.

Para biduan dangdut tersebut mengganti pakaiannya dengan yang lebih sopan dengan memakai celana panjang dan tarian mereka pun tidak sensual lagi. "Maaf para penonton, saya goyangannya sedikit saja, tadi tidak boleh bergoyang panas panas," kata seorang biduan dari atas panggung kepada para penonton yang umumnya anak-anak dan remaja.

Namun setelah polisi dan Satpol PP meninggalkan pesta itu, para biduan itu memakai lagi pakaian yang memamerkan auratnya, sementara anak-anak yang semula menjauhi panggung kembali merapat ke panggung berukuran 6X8 meter itu.

Sumber: http://id.news.yahoo.com/kmps/20090614/tid-ya-ampun-dangdut-erotis-depan-masjid-376aae3.html

Goyang erotis di Serang menghebohkan? Asalkan tidak Goyang Erotis di
dalam mesjid, atau gara-gara nonton goyang erotis, ada penonton yang menyeret lawan jenisnya untuk bergoyang erotis di dalam mesjid.
Memang susah melarang orang goyang erotis di depan mesjid jika itu dilakukan bukan di pekarangan mesjid. Negara kita kan bukan negara Islam, meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Kan juga anda tidak setuju kalau negara ini menjadi negara Islam?
Ya, meskipun negara kita bukan negara Islam, tapi kita punya norma-norma agama. Jangankan di depan mesjid, di manapun di depan orang banyak tidak santun bergoyang erotis, walaupun itu menghibur orang sekeliling. Dampaknya yang kita hindari. Baguslah kalau Bapak-Bapak pulang ke rumahnya menggoyang erotis istrinya, bagaimana mereka yang tidak punya istri dan tergiur dengan goyangan erotis itu? Tidakkah dia harus menahan hasrat dan memenjarakan si burung yang memberontak hendak terbang tinggi. Haruskah ayam di rumah atau ternak tetangga jadi korban? Haruskah nenek-nenek menjadi korban gila nafsu pelajar SMP?

Heran memang, jaman sekarang, kebanyakan orang beranggapan bahwa resepsi pernikahan baru dianggap mewah kalau ada orkes, band, atau sejenisnya, apalagi kalau biduanitanya berani melakukan goyang panggung yang erotis. Mana ada penonton yang mau tinggal berlama-lama kalau hanya menonton pementasan Qasidah atau mendengar lagu-lagu nostalgia jaman perang.
Ini pernah terjadi, seorang calon pengantin perempuan nekat mengakhiri hidupnya karena permintaannya agar di acara pernikahannya ada orkes atau band, tapi orang tuanya tidak mengabulkan, bukan karena alasan norma agama itu tadi, tapi karena tidak cukup uang. Naudzu billah min dzalik.

Di Sulawesi Selatan, ada beberapa daerah yang kalau ada acara pernikahan, dan ada bandnya atau orkesnya, pasti sebagian penduduk berdatangan dari kampung lain, walau harus jalan kaki puluhan kilometer. Hanya mau melihat goyang erotiskah? Mungkin karena ada beberapa orkes yang termasuk nakal dan panas. Bila di atas jam sepuluh malam, maka mulailah diputar musik bernuansa disco. Layaknya di diskotik, dan biduanita mulai bergoyang erotis, dan....perlahan-lahan melepas pakaiannya hingga tinggal (maaf) BH dan celana dalam.

Goyang erotis di depan mesjid, mungkin kurang sopan. Lalu bagaimana dengan Imam yang selalu pergi nonton goyang erotis seperti yang terjadi di suatu tempat di tanah Sulawesi ini? Habis shalat Isya, Sang Imam membuka sorban, lalu pergi ke acara pernikahan, mengambil tempat duduk paling depan. Sekarang, goyang erotis di depan imam. Sungguh suatu kemerosotan akhlak sebagian anak bangsa ini.

Lingkaran setan kah itu namanya? Di satu pihak, sang biduanita ingin memuaskan penontonnya, agar kalau ada hajatan bisa dipanggil kembali. Di sisi lain, penonton bosan jika hanya mendengar tembang-tembang melankolis atau tembang-tembang nostalgia. Saling mendukung dalam perbuatan dosa....

0 comments: