Thursday, November 27, 2008

Pendaftaran CPNS Kabupaten Soppeng 2008

Sebenarnya, judul artikel ini lebih tepatnya "Mungkin Tak Ada Jodoh Menjadi PNS".

Sejak tanggal 21 November 2008, di koran Tribun Timur telah diumumkan bahwa pendaftaran CPNS se Sulawesi Selatan akan dilakukan serempak mulai tanggal 24-28 November 2008, disitu telah dicantumkan formasi untuk beberapa kota/kabupaten, kecuali untuk Kabupaten Soppeng belum ada pengumumannya.
Sehari sebelum pengumuman resmi, keluarga dari Soppeng menelpon mertua saya, katanya "suruh cepat Sum dan Ima masuk ke Soppeng untuk mengurus berkasnya, karena di Soppeng, semua jurusan diterima,

sesegera mungkin karena pendaftaran cuma 3 hari". Saya sebenarnya kurang senang dengan desakan itu, meskipun saya tahu niat mereka baik untuk kebaikan saya sendiri. Saya sempat membantah mertua saya, "bisanya itu semua jurusan diterima, saya tidak mau masuk ke Soppeng kalau tidak ada pengumuman resmi dari Soppeng." Saya pikir, kok cuma Soppeng yang terbuka pendaftaran untuk semua jurusan dan hanya 3 hari pendaftaran. Istri saya mengatakan, "mungkin dirahasiakan". Lha kok dirahasiakan, kalau dirahasiakan itu berarti hanya Soppeng yang tidak turut di Pemerintah Propinsi. Hebat!
Sayapun menghubungi semua kenalan, sahabat dan keluarga yang ada di Soppeng, tapi sebagian ada yang tak bisa dihubungi nomornya, dan yang lainnya belum tahu kepastiannya.
Saya paling tidak suka dengan sesuatu yang tidak pasti. Saya memutuskan untuk berangkat pada hari Senin jika pengumuman sudah keluar dan memang jurusan saya ada.

Hari Senin pagi, sayapun berangkat untuk menyiapkan berkas termasuk cetak foto, beli koran untuk memastikan apa betul ada jurusan saya pada penerimaan CPNS di Kabupaten Soppeng, mengecek kapan pengambilan kartu tes di Depag, dan melihat pengumuman di Walikota dan Kantor Pos Pusat.

Masih di Kantor Pos, mertua saya menelpon "Sum, ada jurusanmu di Soppeng, yang mau diterima 2 untuk tenaga guru SMP, 3 untuk SMA, dan 3 untuk SMK, dan jurusannya Ima 1 orang".
"Wah, peluang besar" pikirku. Selama ini, barusan jurusanku banyak yang mau diterima.

Sayapun segera pulang ke rumah, dan menelpon istri saya supaya segera pulang untuk berkemas.
Saya juga menghubungi sopir langganan saya, tapi tidak naik ke Makassar. Akhirnya saya menghubungi sopir lain yang masih ada tempat duduk di tengah untuk kami berdua.

Jam 15.30 WITA kami meninggalkan rumah menuju ke terminal. Menitipkan Rahima tercinta (yang lagi tidur) pada neneknya.
Sesampai di terminal, ternyata mobil yang saya janjian tadi tidak dapat mengantar sampai di Batu-Batu. Untung ada mobil Soppeng kota yang kebetulan tidak ada penumpangnya yang siap mengantar kami berdua sampai di Batu-Batu dengan tarif normal untuk Batu-Batu.
Dalam perjalanan, saya mabuk berat, badan terasa dingin, sakit perut dan perasaan ingin muntah dan buang air. Maklum, mobil tua dan jalanan rusak. Untunglah kami sampai di rumah dengan selamat sekitar pukul 23.00 malam.

Keesokan harinya, saya ke kantor lurah untuk mengurus perpanjangan KTP saya dan KTP baru untuk istri saya. Kemudian kamipun berangkat ke kecamatan untuk cetak KTP dan Kartu Keluarga. Sayangnya di kecamatan printernya rusak. Harus dicetak di Soppeng kota. Yah, Tidak apa-apa, kami memang mau kesana.
Sebelum ke Soppeng kota, kami singgah di Turungeng Lappa-E untuk mengambil pengumuman, persyaratan berkas dan contoh lamaran.
Sesampai di Turungen Lappa-E, menerima pengumuman itu, dan membacanya.....Mana jurusan saya! Tidak ada.....Ya, Allah, rontok sudah semangat kami. Ternyata masih banyak yang tidak tau membedakan jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan Elektronika. Dikira jurusan Pendidikan Elektronika itu sama dengan Elektro.

Yah, dengan perasaan kecewa, saya dan istri melanjutkan perjalanan ke kota untuk mencetak KTP dan Kartu Keluarga baru. Untungnya di Kantor Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan NakerTrans Watansoppeng, ada teman sekelas saya waktu SMA dulu bekerja di sana, sehingga urusan jadi lancar.

Jam 15.15 WITA, usai mengurus KTP, KK, dan Kartu Kuning untuk istri saya, kami bergegas ke kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Watansoppeng untuk menyetor berkas. Sampai di sana, tinggal berkas istri saya yang terakhir. Beberapa panitia memeriksa berkas itu dengan teliti dan bergantian. Sepertinya mencurigakan. Apanya yang mencurigakan? Kemudian datang juga seorang bapak-bapak yang memeriksa berkas itu dan mengatakan "lembar Pengesahannya tidak distempel."
Saya: "memang begini Pak dari kampus".
Bapak itu: "ya, seharusnya distempel. Stempelki dulu di kampusta".
Ya Tuhan, mengapa istri saya waktu sahkan ijazah tidak memeriksa apakah sudah distempel apa belum?

Akhirnya kami keluar kantor dengan kecewa, mencari warung makan, sambil berunding. Istriku memutuskan untuk kembali ke Makassar sore itu juga untuk mengurus stempel yang terlupakan itu, berhubung hari Kamis juga ada supervisi di sekolahnya, dan sayapun kembali ke Batu-Batu dengan tangan hampa.

Di tengah jalan, saya teringat dengan hp saya. Wah, hilang atau jatuh? Kuperiksa kantong kiri dan kanan, tas, semua tidak ada. Kupikir istri saya yang mengambilnya tadi. Sayapun meminta tolong kepada sopir agar kembali ke tempat dimana istri saya singgah tadi. Sampai di sana, dengan terburu-buru saya turun dari mobil.
Sopir: "Pak, tutup pintu mobilnya."
Saya pun kembali hendak menutup pintu, dan..... Ternyata hp saya terjatuh dari kantong dan berada di belakang tempat duduk saya.
Saya: "wah, ini terjatuh".

Astaghfirullah, Alhamdulillah, tak tahu apa lagi yang mau saya ucapkan. Begitu konyol, dan sialnya hari ini. Untung hpku tidak hilang, yang saya pikir nilainya lebih berharga dari PNS itu, karena semua data-data di dalamnya adalah sebagian besar data-data hidupku yang dapat diakses oleh orang yang menemukannya.

Bersambung....

UPDATE tanggal 27 November 2008:
Sebenarnya artikel di atas diterbitkan pada tanggal 26 November 2008, namun karena sinyal GPRS tidak mendukung untuk penerbitan artikel ini. Dan update ini seharusnya diterbitkan tanggal 27 November 2008 sore.

Karena menunggu berkas istri saya dikirim dari Makassar setelah pengesahannya distempel, maka saya putuskan untuk tinggal sementara di Batu-Batu, siapa tahu berkasnya tidak bisa diwakili, maka terpaksa istri saya kembali lagi ke sini. Jadi lebih baik saya tunggu.

Tanggal 27 November 2008 pukul 13.05 WITA, saya menerima sms dari Nuraeni yang mengantar berkas istri saya ke Soppeng. Bunyi smsnya begini:
"Diterima mndftar bg brijazah tehnik apapun jurusnx yg penting formasi guru".
Saya segera menelponnya memperjelas informasi itu. Dan akhirnya dia katakan bahwa baru hari ini ditempel pengumumannya.

Kalau begitu, saya bergegas menuju ke Watansoppeng memastikan informasi itu.
Sesampai di Kantor Dikmudora, dan saya menemukan pengumuman itu.
Bunyinya kurang lebih begini:
"Berdasarkan hasil rapat panitia hari Rabu, 26 November 2008, maka dibuka pendaftaran bagi semua jurusan Teknik S1/Akta IV untuk formasi Ket. Teknik".

Begitu informasinya. Perlu saya tambahkan bahwa lulusan jurusan Keterampilan Teknik saat ini tidak ada lagi sehingga tidak ada yang mendaftar untuk jurusan itu.

Dari Dikmudora saya naik ojek ke kantor Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Nakertrans untuk mengurus Kartu Kuning. Untungnya, di sana ada teman sekelas waktu SMA dulu yang kerja di sana, dia yang uruskan sambil saya tulis lamaran.
Selesai kartu kuning, selesai pula surat lamaran.
Sayapun segera ke kantor Dikmudora untuk menyetor berkas. Jumlah pendaftar untuk formasi Ket. Teknik hingga giliran saya baru 10 orang. Mudah-mudahan "Masih Ada Jodoh menjadi PNS".

HASILNYA?

UPDATE 30 DESEMBER 2008.

Pengumuman sudah keluar. Saya dan istri saya tidak lulus ujian. Dengan kuota 2 orang (jurusan saya) dan 1 orang (jurusan istri saya) yang hendak diterima, saya tidak berkecil hati. Karena kalau hendak diterima, saya pikir, saya harus rangking 1 atau 2. Memang agak berat. Tapi berita di Tribun Timur hari ini yang mengatakan Seleksi CPNS Soppeng dan Pemprov juga diduga curang, membuat saya kecewa berat....................

0 comments: