Thursday, September 11, 2008

Ramadhan dan Kebebasan

Sedianya artikel ini saya posting sejak beberapa hari yang lalu, tapi karena ada beberapa tema yang lebih urgent maka artikel ini baru diluncurkan :).

Bulan Ramadhan telah tiba. Jauh hari sebelum memasuki bulan puasa ini, sebagian besar kaum Muslimin menyambutnya dengan penuh kegembiraan (jangan salah paham. Bukan dengan acara kumpul-kumpul, rekreasi, atau pesta petasan dan kembang api).


Namun, sebagian dari (yang ngaku) umat Islam itu sendiri merasakan ketidakbebasan (mungkin juga penderitaan lahir batin). (Keluhan: Pak Ustadz, gimana nih saya ini kurus masa' sih disuruh puasa lagi. Saya ini masih terlalu muda, atau masa' kita ini sudah miskin disuruh lagi puasa, dsb), berbagai macam alasan sebagian orang yang merasa kebebasannya ditelanjangi (DILARANG: buka warung makan siang hari, buka THM=tempat hiburan malam, merokok di tempat umum, berbuat kotor= bicara melihat mendengar yang kotor-kotor, dsb).

Hussst....! Dilarang melarang.
Menurut saya, baiknya kita saling menghormati saja (hormat senjata......Grak!). Maksudnya, kita tau diri masing-masinglah. Puasa itu memang hukumnya wajib bagi setiap Muslim (tapi tidak ada unsur narsisme di dalamnya), anda tidak mampu berpuasa (tidak memenuhi syarat wajib puasa), silahkan anda makan dan minum.
Anda yang non Muslim, silahkan buka warung, lagian yang mau makan kan pasti bukan orang berpuasa :).
Nah, bagaimana nih saya ini Muslim tapi mata pencaharian saya cuma dari buka warung. Ya, buka warung aja. Asal tau aja, mas di samping rumah yang juga jualan bakso tapi masih tetap bernafas kok (meskipun jatah waktu buat jualan baksonya dipangkas).
Asal tau aja, memberi makan/berbuka bagi orang berpuasa sama pahalanya dengang orang yang puasa itu. => analisa saya, memberi makan orang Muslim yang tidak berpuasa tanpa uzur, apa bedanya kalau saya katakan sama berdosanya.
Terus, bagaimana dengan tempat hiburan malam yang dikelola oleh non Muslim (yang Muslim juga ada)? Tunggu dulu, Tempat Hiburan Malam yang bagaimana dulu? Tempat karaokean (karaoke beneran?) => wah, saya tidak terlalu tahu jenis-jenis THM sih. Tapi saya pikir, tempat karaokean dan tukang pijit (mijit jempol), tempat minum-minum (kopi, teh, susu = yang disiram air) saya kira tidak ada masalah, asalkan bukan tempat maksiat yang berkedok tempat-tempat itu tadi. Soalnya, kemaksiatan itu hanya membawa malapetaka dan bencana, tak perduli bulan puasa atau bukan.
Tapi, katanya (di Makassar ini) tempat maksiat itu telah menjadi "WC UMUM". Coba aja tanya tukang becak, "dimana WC Umum?"

Bagi saya, mari kita saling menjaga. Yang penting anda tidak melakukan hal-hal yang dapat membuat batal puasa orang lain dan anda tidak melakukan hal-hal yang dapat menurunkan malapetaka/azab Allah yang menyebabkan orang lain terkena imbasnya. Karena ingat! Tuhan punya 4 bala tentara yang tidak kenal siapa siapa kawan siapa lawan, siapa orang baik siapa orang berdosa. Mereka, bala tentara Tuhan:
Angkatan Darat: mulai dari tanah longsor hingga gempa bumi yang tak tahan lapar.
Angkatan Laut: mulai dari yang paling rendah pangkatnya yaitu banjir, bah, bandang, sampai gelombang tsunami.
Angkatan Udara: mulai dari laskar yang paling kecil, yaitu angin tornado, sampai pada angin topan.
Pasukan Khusus: api, yang menjadi teman di kala ia masih kecil, tapi menjadi musuh jika ia menjadi besar.

PESAN saya: Mari kita mencari nafkah/rezeki yang halal lagi berkah. Bukan harta yang banyak namun tidak berkah alias habis di RS atau habis tak berguna).

0 comments: