Thursday, July 15, 2010

Mengajarkan Anak Bagaimana Menghargai Makanan

Tanpa kita ajari pun, sebetulnya nanti anak kita juga akan tahu kalau membuang-buang makanan itu bukanlah tindakan yang terpuji. Pasti, sekolah, buku bacaan, lingkungan atau akal sehatnya akan mengajarkan hal itu.

Tapi, seperti kita tahu, sebagian prilaku anak itu dibentuk dari pembiasaan, terutama yang terkait dengan nilai dan motif. Karena itu, membiasakan anak untuk menghargai makanan pun perlu kita latih dari sejak balita.

Tanpa pembiasaan dari kecil, walaupun nanti dia tahu, namun motifnya untuk menjalankan apa yang diketahuinya tidak kuat sehingga tidak dilakukan. Ini berlaku untuk nilai-nilai lain, seperti tanggungjawab, kejujuran, kebersihan, dan seterusnya.

Apa sasaran kita mengajarkan anak untuk menghargai makanan? Sebetulnya, jika dilihat dari sisi pengasuhan, sasarannya bukan semata soal makanan, tetapi perlu kita perluas dan dikaitkan dengan cara berpikir.

Cara berpikir akan menentukan hidupnya nanti. Misalnya saja

kita kaitkan dengan kemubaziran, ketuntasan, atau menghargai perjuangan kita. Jika kita biasakan dia dengan cara berpikir yang mubazir (berlebihan), cara seperti itu akan dia terapkan untuk hal lain.

Begitu juga dengan ketuntasan. Dari bagaimana dia makan, dapat kita ajarkan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas. Atau juga dapat kita ajarkan bagaimana menghargai tenaga orang lain. Seringkali, anak kita minta makanan yang macam-macam, tapi setelah dibuat dengan perjuangan, ternyata tak dimakan olehnya.

Walaupun kejadian seperti di atas sangat umum dilakukan anak-anak balita, tetapi setidaknya jangan biarkan hal itu menjadi kebiasaan. Lebih-lebih kita menganggapnya itu bukan sesuatu yang perlu kita luruskan.

Memang, sikap anak yang kurang menghargai makanan itu perlu dibaca dari berbagai sisi, alias jangan selalu menyalahkan dia. Barangkali kita yang perlu mengoreksi diri. Misalnya, kita tidak menjelaskan apa manfaat makanan tertentu baginya.

Padahal, edukasi itu sangat dibutuhkan oleh mereka. Atau mungkin kita kurang menyajikan makanan dengan menarik. Anak kita terkadang butuh sensasi baru, misalnya membentuk nasi seperti binatang, menaruh minuman di cangkir yang warnya menarik, dan seterusnya. Bagi anak kita, sensasi itu punya arti.

Selain membutuhkan edukasi dan sensasi, variasi pun penting. Untuk memperkaya variasi, kita bisa mengajak anak melihat berbagai menu di majalah atau dimana saja yang membangkitkan daya tariknya. Semoga bermanfaat.

sumber

2 comments:

blog nya banyak kok juga sempat update semua blog pak, hebat nih

Nunung: Thanks Pak. Semua itu saya lakukan karena hobi, dengan niat memberikan informasi yang bermanfaat kepada pengunjung, syukur-syukur kalau bisa jadi ladang uang.

Itu sebabnya blog ini tidak terupdate setiap hari, karena kalau bapak tidak menemukan artikel baru di sini, pasti ada artikel baru di salah satu blog yang lainnya:
http://monitoringclub.org
http://keliling-dunia.com
http://www.saudagar-bugis.com
http://www.pusat-iklan.com atau di
http://www.rahasia deh