Sunday, August 23, 2009

Antara HUT Negriku, Kebudayaan dan Kesenian Tradisional

Oleh: Susi-Cikampek

Belum lama berselang, Negriku tercinta, Republik Indonesia berulang tahun yang ke-64, yaitu pada tanggal 17 Agustus 2009. Dan setiap perayaan HUT RI atau setiap 17 Agustus, selalu diwarnai berbagai lomba, yang bersifat permainan sampai pertandingan olah raga.. Juga panggung hiburan. Seperti foto-foto yang mengiringi tulisan ini adalah lomba-lomba permainan anak-anak, mengambil uang logam dalam pepaya yg diolèsi oli dan juga panjat bambu, pengganti pohon pinang.


Namun untuk panggung hiburan, sebetulnya cukup menyedihkan. "Panggung Hiburan tapi menyedihkan?!" Bagaimana tidak?!
Kebudayaan & Kesenian yang ditampilkan, sekarang rata-rata BUKAN YANG TRADISIONAL & MILIK BANGSA SENDIRI. Bahkan anak-anak muda & pelajar dari SD sampai SLA sekarangpun sangat minim yang mengenal, apalagi hafal lagu-lagu nasional. Sangat memprihatinkan. Perayaan HUT negeri tercinta tapi tidak mencerminkan rasa cinta kebudayaan & kesenian negeri sendiri?! Tarian2 modern dengan pakaian yang...nym..nym..nym.., menggiurkan telah menggèsèr tari-tari tradisinal yang di dalamnya sarat makna. Justru banyak orang asing yang tertarik, terpesona, mempelajari bahkan mementaskan tari-tari klasik maupun tari-tari tradisional Indonesia. Jadi, kenapa pemerintah & masyarakat berang bin marah ketika ada negara yg mengakui kesenian atau tari tradisional Indonesia sebagai kesenian mereka?! Ya dikiranya kesenian atau tari tradisional tersebut sudah ga kepakai, jadi daripada mubadzir ya disurut alias diambil aja to?! Kalau saya marah ya wajar,wong saya ini ikut melestarikan tari tradisional kok?! Buktinya, meski dengan keterbatasan kesehatan & dana, saya tetap menjadi guru tari & berusaha memperkenalkan tari-tari Jawa di tanah perantauan pasundan, dengan awalnya menanamkan minat anak-anak di sebuah sekolah dan Alhamdulillah cukup mendapat sambutan yang baik, tanpa dibatasi rasa kesukuan, karena mereka ada yang keturunan Jawa, Sunda, Betawi, bahkan Medan. Tak dipungkiri, pada awalnya jelas ada yang berusaha mematahkan usaha saya tersebut. Itulah perjuangan. Sekarang malah ada yang lès tari-tari tersebut. Biaya, saya tak menentukan tarif, bahkan khusus minggu pagi ,gratis, karena yang utama bagi saya, MEMPERKENALKAN & MENGEMBANGKAN TARI TRADISIONAL PADA ANAK-ANAK agar tidak terlupakan.

Tari Merak Ngigel

Pakaian & perlengkapan tarinya, walau hasil kreasi & modifikasi saya sendiri karena terbentur dana, ternyata tetap membuat anak-anak maupun orang-orang dewasa yang melihat & menikmati pementasan tari saya untuk acara-acara sekolah & perayaan 17 Agustus-an, pesta perkawinan atau panggung hiburan lain baik di Cikampek sendiri, di Bekasi maupun di Jakarta, banyak yang terpesona & terkesan. Andai saja, andai ah, ah, ah, andai aku punya dana..na.,na. (Ikutan lagunya Oppie Andarésta ya?!) Hé.hé.hé.

0 comments: